Oleh : Yandes Ambrianal, S.Pd
Game, suatu hal yang tidak bias dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Jika kita berjalan di trotoar, duduk di café, pergi ke mall, atau tempat-tempat ramai lainnya, pasti akan kita temukan banyak sekali orangdari segala usia melakukan aktifitas yang sama, yaitu bermain game. Hal tersebut tentu makin marak terjadi dikarenakan game zaman sekarang tidak lagi membutuhkan alat yang besar dan berat untuk memaiinkannya, hanya butuh benda seukuran telapak tangan saja, handphone.
Sejarah video game pertama kali bermula pada komputer digital elektronik pertama bernama Colossus dan ENIAC yang dibuat selama Perang Dunia Kedua untuk membantu Sekutu, namun tidak ada yang tahu siapa yang mengembangkan dan merancang game komputer pertama kali. Di tahun 1972, Nolan Bushnell dan Ted Dabney mendirikan sebuah perusahaan bernama Atari dan merilis game tenis meja dengan nama Pong dan dijual sangat terbatas pada tahun 1972. Permainan ini cukup laris di pasaran pada Maret 1973. Kemudian Atari merilis banyak game baru dengan genre yang beragam seperti Gran Trak 10 (1974), Tank (1974), Wheels (1975), Gun Fight (1975), dan Sea Wolf (1976). Kemudian Wheels dan Gun Fight dilisensi oleh perusahaan Jepang bernama Taito Trading Company. Karena itu, penetrasi video game merambah ke Jepang. Pasar video game semakin menanjak ketika Taito mengenalkan Space Invaders.
Pada tahun 1983, salah satu perusahaan game di Jepang melahirkan konsol gaming bernama Nintendo Entertainment System atau nama lainnya Famicom. Pada masa ini, konsol-konsol game pada umumnya menggunakan gamepad atau joypad, dan penggunaan controller sejenis ini menjadi lebih popular. Di tahun 90-an transisi besar-besaran dalam teknologi video game dilakukan terutama pada grafis, hal ini ditandai dengan munculnya Sony PlayStation, Nintendo, dan Xbox. Ketiga consol game tersebut bahkan masih exsist sampai hari ini.
Teknologi game pun semakin bergeser saat munculnya smartphone. Banyak sekarang perusahaan pengembang game yang tidak hanya memproduksi game untuk consol, melainkan juga untuk smartphone. Sebut saja game game populer seperti Mobile Legends, PUBG Mobiles, Roblox, Ragnarok M, dan game sejenis lainnya yang bias dimainkan lewat smartphone kapan saja dan dimana saja. Hal ini tentu semakin menaikkan pamor industri game itu sendiri.
Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna smartphone di Indonesia, otomatis meningkatkan juga jumlah penikmat game (gamers), khususnya game mobile. Di tahun 2019 saja, tercatat ada 52 juta players di Indonesia. Hal ini juga membawa dampak yang cukup menarik, yakni munculnya jenis olahraga dan pekerjaan baru yang disebut dengan e-sport dan Pro Player.
Pro player adalah seseorang yang terikat kontrak dengan sebuah tim e-sport dan terjun secara kompetitif pada skena game tertentu. Kita bisa sebut beberapa nama Pro Player terkenal seperti Lemon dan Jess No Limit yang bahkan mungkin saat ini banyak jadi idola anak-anak muda, terutama para pelajar. Namun apakah semuia itu mudah mereka capai ? hanya dengan bermain game ? tentu tidak. Mereka adalah orang-orang yang berusaha keras serta beruntung bisa ada diposisi mereka sekarang dan belum tentu semua bisa mencapainya.
Pada tanuh 2021, tercatat ada 52 juta pemain e-sport di Indonesia, dan tentu tidak semua dari mereka adalah Pro Player. Hanya sedikit sekali gamers yang akan bisa sampai di level itu. Sekarang kembali ke awal, apakah kalian yang saat ini bercita-cita menjadi seorang Pro Player bisa mencapai itu ? apakah kalian mampu sampai disana ?. Mari kita sedikit berandai-andai, jika saja waktu yang kalian habiskan untuk bermain game tersebut kalian gunakan untuk hal lain, seperti belajar memasak, belajar bahasa asing, belajar matematika, belajar IT, atau hal lain yang akan menambah skill kalian secara nyata, bukankah itu lebih bermanfaat ?
Yang bisa menjawabnya adalah kalian sendiri.